Sejak Viktor Papanek melabel profesi desainer produk sebagai salah satu yang paling destruktif diantara profesi-profesi yang ada [1], telah cukup banyak perubahan yang terjadi dalam dunia manufaktur saat ini. Melihat perkembangan saat ini, seiring semakin maraknya isu climate change dan isu-isu lingkungan, perlahan tapi pasti, transformasi keprofesian desain produk industri kerap mengarah kepada desain produk industri yang lebih ramah lingkungan (eco design). Banyak industri manufaktur mulai berbenah diri dan  salah satu upaya adalah dengan memperbaiki proses produksi mereka menjadi proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Profesi desainer produk khususnya, sebagai komponen kritis dalam industri manufaktur memiliki peran yang signifikan dalam melaksanakan proses desain yang lebih berwawasan lingkungan. Desainer produk industri yang tergabung dalam ICSID (International Council of Societies of Industrial Design) mendeklarasikan komitmen untuk tidak lagi memandang lingkungan sebagai sebuah entitas yang terpisah dan berusaha untuk mewujudkan jalur perkembangan yang berkelanjutan [2]. Hal ini juga tertuang dalam kode etik desainer internasional pada tahun 1987 bahwa tiap desainer harus mengemban tanggung jawab dalam tindakan yang mengutamakan ekologi dan berwawasan lingkungan [3].

Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dilakukan beberapa upaya komprehensif yang dapat membantu penggiat industri untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam kegiatannya. Salah satunya adalah melalui metode life cycle assessment, yaitu dengan menganalisa alur hidup sebuah produk hasil manufaktur, yaitu mulai dari konsep, proses produksi dan akhir masa hidupnya (cradle to grave), serta menghitung seberapa besar dampak negatif terhadap lingkungan yang dihasilkan. Beberapa perangkat dengan metode ini adalah Gabi, SimaPro dan Okala.

Okala Ecodesign Strategy Wheel adalah sebuah perangkat sistematis yang dapat membantu desainer produk industri dengan memberikan metode praktis dalam proses perancangan produk, jasa dan sistem dengan tujuan memberikan dampak buruk minimum pada ekologi dan manusia pada waktu yang bersamaan [4]. Keuntungan utama penggunaan metode Okala adalah kemampuannya untuk bisa diintegrasikan pada tahap awal sebuah proses desain. Dengan demikian, seorang desainer produk dengan menggunakan metode Okala, sudah dapat memperkirakan dampak yang akan ditimbulkan produk yang akan didesain sebelum proses desain betul-betul dimulai dan disaat proses produksi pun belum mulai dicanangkan. Okala pertama kali diperkenalkan pada tahun 2003 dan didistribusikan melalui IDSA (Industrial Designers Society of America)  melalui pendanaan oleh Whirlpool, Eastman Chemical, Environmental Protection Agency dan IDSA. Okala diciptakan oleh Phillip White, Louise St. Pierre dan Steve Belletire. Ketiganya merupakan desainer produk industri dan pengajar di berbagai universitas.

Source: design2good.files.wordpress.com

Dalam metodologi Okala terdapat delapan klasifikasi yang diurai lebih lanjut menjadi 48 butir strategi ecodesign yang dapat diimplementasikan oleh para desainer produk dalam proses desainnya. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa metodologi Okala masih berkutat dalam lingkup eco design.

Sumber: Ramirez [5]

Apabila kita melihat skema diatas, eco-design memiliki lingkup yang lebih kecil, yaitu mencakup hanya aspek desain produk (termasuk didalamnya fungsi, estetik, keselamatan) dan aspek lingkungan saja. Dimana ketika kita melihat desain yang berkelanjutan (sustainable design), memiliki lingkup yang lebih besar yaitu harus mempertahankan unsur keberlanjutan dalam segi profit, sosial dan juga lingkungan [6]. Tema keberlanjutan merupakan unsur penting pula yang dituangkan dalam 2030 Agenda for Sustainable Development yang disusun oleh United Nations[7].

Kontributor: Pierre Yohanes Lubis, S.Ds., M.A.

Referensi:

[1] Papanek, V. J. (1971). Design for the real world: human ecology and social change. London: Thames & Hudson.

[2] ICSID. (2001). ICSID Seoul 2001 Industrial Designers Declaration. Seoul: International Council of Societies of Industrial Design.

[3] ICSID. (1987). ICSID Model Code of Professional Conduct for Designers. Essen: International Council of Societies of Industrial Design.

[4] White, P., St. Pierre, L., Belletire, S. (2013). Okala Practitioner: Integrating Ecological Design. IDSA

[5] Ramirez M., (2005). 'Ecological Sustainability Integration in Australian Industrial Design', in Futureground: 2004 International Conference of the Design Research Society, Futureground: 2004 International Conference of the Design Research Society, Melbourne, presented at Futureground: 2004 International Conference of the Design Research Society, Melbourne, 17 - 22 November 2004

[6] Tischner, U., Dietz, B., Masselter, S., & Hirschl, B. (2000). How to do ecodesign? a guide for

environmentally and economically sound design.

[7] United Nation Division for Sustainable Development. Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development. Retrieved from: https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld