Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi transportasi dengan penggerak listrik menjadi perhatian utama pasar industri otomotif dan penerbangan karena tanpa menghasilkan emisi karbon. Pemanasan global di mana karbon merupakan salah satu pemicu utama emisi gas rumah kaca menjadikan industry di sektor ini berlomba-lomba melakukan research and development (R&D) motor penggerak dengan zero carbon emission.

Ilustrasi dibuat dengan ChatGPT

Salah satu motor listrik dengan keunggulan yang sangat mengesankan yaitu superconductor electrical motor (SEM) karena menawarkan efisiensi tinggi, bobot lebih ringan, dan performa luar biasa dibandingkan motor konvensional. Namun, apakah teknologi ini benar-benar akan mendistrupsi industri otomotif dan penerbangan? Artikel ini akan membahas sejarah perkembangan, potensi, tantangan, dan dampak yang mungkin terjadi dalam adopsi teknologi ini.

Venomena superkonduktivitas di mana elektron dapat mengalir nyaris tanpa hambatan dan munculnya medan magnet yang sangat kuat pada temperature sangat rendah (kriogenik) bukan lah hal baru karena telah ditemukan sejak tahun 1911. Dengan temuannya tersebut, Heike Kamerlingh Onnes mendapatkan hadiah nobel bidang fisika pada tahun 1913. Sejak saat itu beberapa inovasi terkait industri tranportasi mulai berkembang pesat seperti ditemukannya maglev yang memecahkan rekor kereta tercepat hingga saat ini. Maglev Chūō Shinkansen dapat melaju hingga 607 km/jam dengan melayang sehingga dapat menghilangkan resistensi mekanik roda dengan rel dengan memanfaatkan medan magnet pada venomena superkonduktivitas.

Namun untuk industri otomotif dan penerbangan masih mengalami banyak tantangan seperti masalah penyimpanan listrik sebagai suplai energi utama. Tidak seperti kereta dimana energi dapat disuplai terus menerus di spanjang jalurnya. Sedangkan kendaraan sperti mobil dan pesawat mebutuhkan penyimpanan energi. Namun dengan pesatnya inovasi dan peningkatan peforma kepadatan energi baterai dibandingkan bahan bakar fosil akan mensuport aplikasi SEM. Lebih dari pada itu, teknologi produksi, penyimpanan, dan transportasi hydrogen yang lebih efektif dan efisien juga akan semakin kuat mensuport aplikasi SEM lebih jauh pada industri otomotif dan penerbangan.

Keuntungan pertama teknologi SEM yaitu effisiensi energinya sangat tinggi hampir mencapai 100%. Tidak adanya resistansi listrik mengurangi kehilangan energi dan meningkatkan efisiensi motor secara signifikan. Laporan penelitian terabaru menunjukkan bahwa effisiensi SEM dapat mencapai 99.2% dengan motor tipe synchronous [1].

Daya dan Torsi Lebih Tinggi

Superkonduktor memungkinkan motor menghasilkan daya lebih besar dengan ukuran yang lebih kecil. Sebagaimana mekanisme kerja superkonduktor dimana semakin dingin material maka aliran arus listrik dan medan magnetnya semakin kuat maka dapat berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan daya dan torsi.

Bobot Lebih Ringan dan Ukuran Lebih kecil

Material superkonduktor dan desain inovatif memungkinkan pengurangan bobot motor, yang sangat penting dalam industri otomotif dan penerbangan. Dalaim klaimnya, SEM yang dikembangkan oleh Thosiba dapat memiliki ukuran 1/10 lebih kecil dari pada motor listrik konvensional dengan peforma yang sama (2 MW) [1].

Pengurangan Emisi dan Konsumsi Energi

Dengan efisiensi yang lebih tinggi dan rasio tenaga terhadap berat yang lebih tinggi dapat mengurangi konsumsi energi secara signifikan pada kendaraan dan pesawat. Implikasinya dapat meningkatkan jarak tempuh dan kapasitas yang lebih besar. Dengan keunggulan ini AirBus sebagai salah satu pemain utama industri penerbangan telah mengumumkan kerja sama untuk menggunakan SEM yang dikembangkan oleh Toshiba [2].

Namun, tantangan utama dalam adopsi teknologi SEM, memerlukan suhu sangat rendah untuk berfungsi optimal, yang berarti sistem pendinginan kriogenik harus dikembangkan lebih lanjut. Walaupun penggunaan fluida pendingin dari hydrogen dan nitrogen dapat bekerja dengan baik namun ada kehawatiran SEM akan mendorong penggunaan refrigerant yang tidak ramah lingkungan karena alasan menekan biaya.

Beberapa peneliti telah melaporkan dapat mengembangkan material superkonduktor dengan temperature tinggi. Sebagai contoh lanthanum–yttrium ternary hydrides menunjukkan sifat superkonduktivitas pada temperature 253 K = -20.15 °C dengan kekuatan magnet 135 T namun dalam kondisi tekanan sangat tinggi hingga 183 GPa [3].

Dapat disumpulakan bahwa superconductor electrical motor memiliki potensi besar untuk merevolusi industri otomotif dan penerbangan melalui efisiensi tinggi, bobot yang lebih ringan, dan peningkatan performa. Namun, tantangan teknis terkait proses management pendinginan kriogenik yang tetap ramah lingkungan menjadi mejadi perhatian utama. Selanjutnya dukungan temuan penelitian terkait material superkonduktor dengan temperature tinggi dengan tekanan rendah juga dibutuhkan.

Referensi:

[1]        Toshiba Clip Team, “Superconducting Motors are on the Flight Path to Carbon Neutral Planes, Part2 -The next step is to fly with them.” Accessed: Feb. 04, 2025. [Online]. Available: https://www.toshiba-clip.com/en/detail/p=3534

[2]        Airbus, “Airbus and Toshiba to partner on superconductivity research.” Accessed: Feb. 04, 2025. [Online]. Available: https://www.airbus.com/en/newsroom/press-releases/2024-10-airbus-and-toshiba-to-partner-on-superconductivity-research

[3]        D. V. Semenok et al., “Superconductivity at 253 K in lanthanum–yttrium ternary hydrides,” Mater. Today, vol. 48, pp. 18–28, Sep. 2021, doi: 10.1016/j.mattod.2021.03.025.

SDG: 9 Industri, inovasi, dan infrastruktur.