Di era di mana dunia telah berkembang pesat dalam bidang teknologi dan semakin saling terhubung, muncul teknologi baru yang dapat membantu kita dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu teknologi yang kini banyak digunakan adalah Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI), yang merupakan program yang mempelajari dan menyelesaikan berbagai tugas yang diinginkan.

Gambar 1. Scan medis bibit kanker payudara yang terdeteksi oleh Artificial Intelligence (AI)

Sekarang, sudah banyak contoh di mana AI diimplementasikan dalam lingkungan kerja, seperti program AI yang dapat mendeteksi kanker payudara. Sistem pendeteksi kanker payudara sekarang menggunakan mamografi yang memiliki berbagai kekurangan, seperti false positive atau pengobatan yang berlebihan karena risk model yang kurang akurat [1].

Oleh karena itu, sebuah program AI dikembangkan bernama “Mirai”, sebuah model AI berbasis mamografi [1]. Mirai dilatih untuk dapat memprediksi risiko dari berbagai titik waktu, menambah faktor risiko yang bisa terlewat, dan membuat prediksi yang konsisten. Gambar 1 menunjukkan bahwa model Mirai dapat mendeteksi potensi kanker payudara dengan risk model waktu 1 sampai 5 tahun [1].

Namun, penggunaan AI di lingkungan kerja juga berpotensi untuk menghilangkan berbagai pekerjaan. Ada beberapa faktor yang membuat pengusaha menggantikan pekerja manusia dengan AI, seperti pekerjaan yang dapat dikerjakan lebih cepat atau akurat, atau pemotongan biaya operasional.

Menurut World Economic Forum, ada beberapa contoh pekerjaan yang sekarang dikerjakan oleh manusia bisa diotomatisasi oleh AI, seperti data entry, customer service, atau manufacturing. Meskipun demikian, pekerjaan yang sudah diotomatisasi AI juga dapat membuat peluang karir baru seperti regulasi, riset, atau perawatan AI [2].

Pendapat terhadap penggunaan AI masih bercampur. Banyak yang menyuarakan bahwa penggunaan AI dapat mengurangi pekerjaan dan mengganggu alur ekonomi; banyak juga yang mengatakan bahwa AI dapat membuka peluang karir baru dan membantu pertumbuhan ekonomi [3].

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk bisnis dan pembuat kebijakan untuk memikirkan ancaman dan potensi menggunakan AI untuk pekerjaan, seperti pada dampak pasar tenaga kerja. Jika regulasi dan penggunaan AI dibiarkan digunakan secara liar, maka dampak ini bisa mengganggu pendapatan atau kesejahteraan sosial secara besar-besaran.

Referensi:

[1] Yala, A., Mikhael, P. G., Strand, F., Lin, G., Smith, K., Wan, Y.-L., Lamb, L., Hughes, K., Lehman, C., & Barzilay, R. (2021). Toward robust mammography-based models for Breast Cancer Risk. Science Translational Medicine, 13(578). https://doi.org/10.1126/scitranslmed.aba4373

[2] Towards a reskilling revolution. (n.d.). https://www3.weforum.org/docs/WEF_FOW_Reskilling_Revolution.pdf

[3] Daria-Brianna, R., Ana, C., & Eduard, B. (2023, April 5). How AI may replace jobs in the future. IBN. https://ibn.idsi.md/vizualizare_articol/188330

 

Pembimbing: Ir. Winda Astuti, S.T., M.Sc., PhD