Using patient data, artificial intelligence can make a 90 percent accurate assessment of whether a person will die from COVID-19 or not, according to new research. The research can be used to predict the number of patients in hospitals, who will need a respirator and determine who ought to be first in line for a vaccination.

Artificial intelligence is able to predict who is most likely to die from the coronavirus. In doing so, it can also help decide who should be at the front of the line for the precious vaccines now being administered across Denmark.

The result is from a newly published study by researchers at the University of Copenhagen's Department of Computer Science. Since the COVID pandemic's first wave, researchers have been working to develop computer models that can predict, based on disease history and health data, how badly people will be affected by COVID-19.

By University of Copenhagen - Faculty of Science
Source: https://www.sciencedaily.com/releases/2021/02/210205104219.htm

Eventually, adapted and narrated by Dr. Eng. Ir. Zener Sukra Lie, S.T., M.T.;  ARE Team, BASE.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) DAN AKURASI 90 PERSEN

Perkembangan teknologi terus berkembang terutama yang berhubungan dengan kecerdasan buatan yang dikenal dengan A.I (Artificial Intelligence). Sebuah penelitan baru di Universitas of Conpenhagen, Denmark tentang A.I yaitu dengan memanfaatkan data pasien, teknologi ini mampu membuat penilaian dengan akurasi mencapai 90 persen tentang apakah seseorang akan meninggal akibat Covid atau tidak.

Tentu dalam membangun teknologi AI dibutuhkan parameter-parameter sesuai dengan kebutuhan akan penggunaannya. Dalam kasus ini, teknologi AI yang digunakan untuk memprediksi jumlah pasien di rumah sakit danu yang membutuhkan alat pernapasan serta menentukan siapa yang harus dilakukan tindakan pertama kali; yang mana berhubungan dengan COVID-19, parameter dengan bobot terbesar ada pada parameter Indeks massa tubuh (BMI), jenis kelamin dan tekanan darah tinggi.

Hasil dari teknologi AI ini yaitu sistem dapat menentukan apakah orang yang belum terinfeksi akan meninggal karena COVID-19 atau tidak dengan akurasi 90% dan disamping itu dapat memprediksi apakah orang tersebut memerlukan alat bantu pernafasan atau tidak dengan akurasi 80%. Dengan hasil yang diberikan tentu sangat membantu rumah sakit, dimana kala itu mereka (warga Denmark) memiliki rasa ketakutan akan tidak memiliki cukup respirator untuk pasien perawatan intensif.

TEKNOLOGI DAN VARIABEL RESIKO

Disamping berbicara teknologi, sedikit informasi bahwa pria tua dengan memiliki tekanan darah tinggi adalah orang yang memiliki resiko tertinggi akan terserangnya virus COVID-19 ini. Jadi penyakit dan faktor kesehatan pasien menurut penelitian yang paling berpengaruh dengan penggunakan respirator setelah terinfesi COVID-19 menurut urutan yaitu BMI, usia, tekanan darah tinggi, berjenis kelamin laki-laki, neurologis penyakit, COPD, asma, diabetes dan penyakit jantung.

Jadi selalulah jaga kesehatan dan menerapkan 3M. Satu pesan lagi yaitu teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan manusia, tapi dapat membantu manusia dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.